Refleksi Kajian Tafsir: Meneladani Perjalanan Ibrahim Mencari Tuhan
Iman harus dibangun berdasar logika. Tanpa logika iman tidak akan kokoh. Oleh karena itu, iman dan logika seakan menjadi "dua sisi mata uang" yang tak terpisahkan. Pernyataan ini merupakan refleksi hasil kajian rutin Tafsir Alquran mahasiswa STAIN Samarinda yang digelar pada Kamis, 29 Mei 2008 di Musholla kampus "El-Dien".
Iman harus dibangun berdasar logika. Tanpa logika iman tidak akan kokoh. Oleh karena itu, iman dan logika seakan menjadi "dua sisi mata uang" yang tak terpisahkan. Pernyataan ini merupakan refleksi hasil kajian rutin Tafsir Alquran mahasiswa STAIN Samarinda yang digelar pada Kamis, 29 Mei 2008 di Musholla kampus "El-Dien".
Menurut nara sumber utama, DR. Iskandar Z, M.A., kasus perjalanan Nabi Ibrahim mencari Tuhan sebagaimana tergambar pada ayat 74-79 Surat Al-An'am merupakan refleksi mengenai metode pencarian kebenaran. Dalam ayat ini, beriman kepada Tuhan tidaklah didasarkan pada keyakinan "buta", tetapi keimanan yang mendapat dukungan kuat logika dan nalar, sehingga konsep keimanan tidak ditafsirkan sebagai bentuk klimaks dari "kebuntuan" berpikir manusia. Kasus perjalanan Ibrahim menunjukkan, asumsi pada sebuah kebenaran merupakan bagian penting mengawali proses pencarian kebenaran itu sendiri. Asumsi itu berbunyi, bahwa "Patung bukanlah Tuhan", dan "menyembah kepada patung sama artinya pasrah pada kebodohan dan kesesatan" (ayat 74). Berangkat dari asumsi inilah maka kebenaran yang diinginkan Ibrahim adalah kebenaran empiris dan logis yang sifatnya sejati. Bukti-bukti empiris berupa bintang-gemintang, bulan dan matahari (yang sebelumnya dianggap sebagai Tuhan, namun ternyata naif) menjadi bukti induktif akan adanya Tuhan Yang Maha Mencipta (ayat 75-79). Bersamaan dengan munculnya kesadaran logis, Ibrahim kemudian memperoleh bimbingan (hidayah) sehingga ia sampai pada kebenaran hakiki, terlepas dari sikap kemusyrikan yang teramat bodoh dan sesat. Maka, keimanan yang dibangun berdasarkan kenyataan empiris dan logis ini menjadi landasan penting dalam membangun argumen kosmologis mengenai keesaan Tuhan. Shadaqallah al-'Azhiem.
0 komentar