Gamal al-Banna: Evolusi Tafsir
Alquran selain menempati posisi sebagai mukjizat Islam yang menggantikan mukjizat-mukjizat sebelumnya, juga merupakan respon atas beberapa permintaan dan tuntutan orang-orang Arab ketika itu. Dalam Alquran diterangkan: "Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mu`jizat-mu`jizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mu`jizat-mu`jizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata"Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." Ayat ini menjelaskan kecukupan Alquran sebagai mukjizat, mengandung rahmat dan peringatan, dan mungkin sekali dijadikan argumen bagi yang tidak beriman kepada mukjizat. Sebab representasi Alquran sebagai rahmat dan peringatan bagi manusia merupakan mukjizat besar.
Hanya saja, walaupun Islam diturunkan untuk manusia secara keseluruhan, dia tetap harus berhadapan terlebih dahulu dengan kaum tertentu. Maka dari itu, Alquran sebagai pedoman utama Islam turun dengan bahasa tertentu. Allah memilih bangsa arab dan bahasa arab sebagai kawasan pertama turunnya Alquran, karena pilihan tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan Allah: agar Islam menjadi agama terakhir dan terlengkap. Agama yang terakhir dan tidak memungkinkan munculnya lagi mukjizat, mensyaratkan adanya sebuah mukjizat yang sinambung dan kekal bersama manusia. Oleh karena itu, mukjizat bagi agama penghujung dan abadi itu, mestilah dalam bentuk kitab yang hidup bersama manusia, sejalan dengan tingkat pemikiran mereka. Ini diperlukan agar setiap kali manusia mengalami perkembangan, mereka tidak merasakan kitab tersebut tertinggal jauh dibelakang mereka, tapi beriringan jalan dengan mereka. Dari pemahaman akan kitab ini mereka dapat mengambil inspirasi dan menangguhkan beberapa hal yang belum atau tidak mereka pahami untuk generasi sesudah mereka yang diasumsikan punya pengetahuan lebih.
Dengan asumsi seperti itu, mukjizat tidak boleh dalam bentuk peristiwa sesaat seperti menghidupan orang mati, menyembuhkan yang sakit, ataupun membelah lautan dengan tongkat. Sebab peristiwa-peristiwa seperti ini, sekalipun memuaskan orang-orang pada masanya, akan menjadi tidak bermakna dan tidak memuaskan generasi-generasi sesudahnya yang tidak hidup di zaman itu dan tidak menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Tapi mukjizat seperti itu tetap muncul karena agama-agama yang membawanya juga bersifat periodik.
Bagi Islam sebagai agama penghujung dan sinambung, mukjizatnya haruslah dalam bentuk kitab yang tiap-tiap generasi dapat menemukan inspirasi, kerahmatan, pengetahuan dan kebijaksanaan. Allah menjadikan Alquran sebagai mukjizat Muhmmad untuk menguatkan dalil kebenaran kenabiannya dan menjadi argumen atas kebenaran nabi-nabi terdahulu. Dalam hubungan ini, pantas saja mukjizat dalam bentuk kitab itu turun kepada orang-orang arab dan dengan bahasa arab.
Alquran selain menempati posisi sebagai mukjizat Islam yang menggantikan mukjizat-mukjizat sebelumnya, juga merupakan respon atas beberapa permintaan dan tuntutan orang-orang Arab ketika itu. Dalam Alquran diterangkan: "Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mu`jizat-mu`jizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mu`jizat-mu`jizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata"Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." Ayat ini menjelaskan kecukupan Alquran sebagai mukjizat, mengandung rahmat dan peringatan, dan mungkin sekali dijadikan argumen bagi yang tidak beriman kepada mukjizat. Sebab representasi Alquran sebagai rahmat dan peringatan bagi manusia merupakan mukjizat besar.
Hanya saja, walaupun Islam diturunkan untuk manusia secara keseluruhan, dia tetap harus berhadapan terlebih dahulu dengan kaum tertentu. Maka dari itu, Alquran sebagai pedoman utama Islam turun dengan bahasa tertentu. Allah memilih bangsa arab dan bahasa arab sebagai kawasan pertama turunnya Alquran, karena pilihan tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan Allah: agar Islam menjadi agama terakhir dan terlengkap. Agama yang terakhir dan tidak memungkinkan munculnya lagi mukjizat, mensyaratkan adanya sebuah mukjizat yang sinambung dan kekal bersama manusia. Oleh karena itu, mukjizat bagi agama penghujung dan abadi itu, mestilah dalam bentuk kitab yang hidup bersama manusia, sejalan dengan tingkat pemikiran mereka. Ini diperlukan agar setiap kali manusia mengalami perkembangan, mereka tidak merasakan kitab tersebut tertinggal jauh dibelakang mereka, tapi beriringan jalan dengan mereka. Dari pemahaman akan kitab ini mereka dapat mengambil inspirasi dan menangguhkan beberapa hal yang belum atau tidak mereka pahami untuk generasi sesudah mereka yang diasumsikan punya pengetahuan lebih.
Dengan asumsi seperti itu, mukjizat tidak boleh dalam bentuk peristiwa sesaat seperti menghidupan orang mati, menyembuhkan yang sakit, ataupun membelah lautan dengan tongkat. Sebab peristiwa-peristiwa seperti ini, sekalipun memuaskan orang-orang pada masanya, akan menjadi tidak bermakna dan tidak memuaskan generasi-generasi sesudahnya yang tidak hidup di zaman itu dan tidak menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Tapi mukjizat seperti itu tetap muncul karena agama-agama yang membawanya juga bersifat periodik.
Bagi Islam sebagai agama penghujung dan sinambung, mukjizatnya haruslah dalam bentuk kitab yang tiap-tiap generasi dapat menemukan inspirasi, kerahmatan, pengetahuan dan kebijaksanaan. Allah menjadikan Alquran sebagai mukjizat Muhmmad untuk menguatkan dalil kebenaran kenabiannya dan menjadi argumen atas kebenaran nabi-nabi terdahulu. Dalam hubungan ini, pantas saja mukjizat dalam bentuk kitab itu turun kepada orang-orang arab dan dengan bahasa arab.
0 komentar