Mengkaji Surat al-Kafirun
Keragaman agama diakui sebagai bagian dari fakta sejarah. Hanya saja, apakah keragaman agama meniscayakan akan keragaman kebenaran? Isu pluralisme agama yang sejak lama didengungkan tampaknya menggiring penafsiran sebagian orang untuk memandang keragaman secara identik dengan kebenaran itu sendiri. Sehingga, klaim kebenaran merupakan konsekuensi logis dari masing-masing agama. Semua agama menjadi sama benarnya, dan karena sama benarnya maka semua agama menjadi selamat (?).
Diskusi yang digelar baru-baru ini oleh kelompok intelektual muda yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam telah memberikan perspektif lain, bahwa kebenaran tetap satu, dan karenanya keabsahan suatu agama hanya satu. Menurut DR. Iskandar Z, MA., nara sumber utama diskusi tafsir yang berlangsung di Musholla STAIN ini, bahwa fungsi keragaman agama hanyalah merupakan mediasi untuk meraih kebenaran hakiki. Paradigmanya tak ubah seperti piramida yang dibawahnya berisi banyak agama, tetapi akan mengkristal pada satu pilihan dipuncak kebenaran. Atau, seperti roda yang memiliki banyak jeruji (sebagai asosiasi banyaknya agama), tetapi tetap memusat pada satu titik tengah, kebenaran. Menurut nara sumber yang juga Doktor dibidang tafsir ini memastikan, bahwa kebenaran puncak itu secara "apriori" adalah Islam itu sendiri, yaitu "falsafah" mengenai ketundukan dan kepasrahan total semata-mata hanya kepada Allah". Falsafah inilah yang telah dianut dan diajarkan oleh seluruh para nabi, sejak Adam As, hingga nabi dan rasul terakhir Muhammad SAW. Shadaqallahul 'Azhiem.
Diskusi yang digelar baru-baru ini oleh kelompok intelektual muda yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam telah memberikan perspektif lain, bahwa kebenaran tetap satu, dan karenanya keabsahan suatu agama hanya satu. Menurut DR. Iskandar Z, MA., nara sumber utama diskusi tafsir yang berlangsung di Musholla STAIN ini, bahwa fungsi keragaman agama hanyalah merupakan mediasi untuk meraih kebenaran hakiki. Paradigmanya tak ubah seperti piramida yang dibawahnya berisi banyak agama, tetapi akan mengkristal pada satu pilihan dipuncak kebenaran. Atau, seperti roda yang memiliki banyak jeruji (sebagai asosiasi banyaknya agama), tetapi tetap memusat pada satu titik tengah, kebenaran. Menurut nara sumber yang juga Doktor dibidang tafsir ini memastikan, bahwa kebenaran puncak itu secara "apriori" adalah Islam itu sendiri, yaitu "falsafah" mengenai ketundukan dan kepasrahan total semata-mata hanya kepada Allah". Falsafah inilah yang telah dianut dan diajarkan oleh seluruh para nabi, sejak Adam As, hingga nabi dan rasul terakhir Muhammad SAW. Shadaqallahul 'Azhiem.
0 komentar